Cara Mengubah Takdir

 on Kamis, 29 Mei 2014  

Catatan Ringan. Di tempat tinggal kami ada sebuah cerita yang tergolong anekdot, sekadar lucu atau malah mengandung pembelajaran.  Cerita ini sudah saya dengar sejak anak-anak, mungkin sekitar awal 80-an.

Diceritakan, si Gupran (bukan nama sebenarnya) yang sudah diramalkan (karena memiliki ciri-ciri tertentu) akan buntung karena digigit buaya, sehingga dia takut bukan main terhadap buaya.  Maka diputuskanlah untuk tinggal di dataran tinggi (gunung), jauh dari sungai dan rawa yang biasanya identik dengan habitat buaya.  Setelah beberapa lama tinggal dan berkebun di gunung, tersiar juga kabar bahwa si Gupran buntung kakinya karena terkena cangkul yang dipakainya berkebun.  Setelah diteliti ternyata cangkul tersebut bermerk Crocodile (cap buaya).

Saya bukanlah orang yang mau mempercayai ramalan yang berbau kesyirikan, kecuali ramalan yang bersumber dari Al-Qur’an atau ramalan yang berdasarkan ilmu pengetahuan.  Cerita di atas yang mau saya garis bawahi adalah adanya semacam takdir yang tidak bisa kita hindari, kemanapun kita berlindung kejadian tersebut pasti akan terjadi.  Semisal kalau kita mau selamat di jalan raya kita harus berhati-hati, tetapi itu belum cukup, karena ada pengguna jalan lain yang berkendara tanpa hati-hati, kita pun bisa jadi korbannya.  Artinya ada takdir yang sudah diputuskan untuk kita pada saat itu.  Hal semacam ini banyak saya alami, banyak kejadian yang tidak sesuai yang saya harapkan padahal saya berniat untuk hal yang sebaliknya, ada sebuah kekuatan yang tidak dapat kita elakkan.  Lalu bagaimana supaya kita selamat?  Saya bukanlah ahli di bidang agama, tetapi hanya mau menyampaikan apa yang saya yakini dalam hidup ini, mari kita sambung ceritanya.  Saya berkeyakinan bahwa apapun peristiwa yang kita alami saat ini adalah buah dari perbuatan kita di masa lalu.  Seperti pepatah “siapa menabur angin akan menuai badai”.  Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS: Asy-Syuura Ayat: 30).

Segala sesuatu yang tidak nyaman yang pernah kita alami sebaiknya kita sikapi sebagai teguran Allah kepada kita sehingga akan membuat kita introsfeksi diri, istighfar, mohon ampun sekiranya ada kesalahan kita yang belum kita mintakan ampun kepadaNya.  Biasanya kita sering mendengar orang memberikan semangat kepada temannya yang mengalami musibah dengan mengatakan bahwa itu adalah ujian/cobaan dari Allah, tidak salah memang, tetapi kalau kita selalu menganggap musibah sebagai ujian, artinya kita tidak bersalah, hanya Allah ingin menaikkan “kelas” kita hingga harus mengikuti ujianNya.  Betapa sombongnya kita, padahal banyak kesalahan dan dosa yang sudah kita perbuat baik yang sengaja atau tidak sengaja.

Terus kesalahan yang mana yang membuat kita mengalami musibah?  Terima kasih kepada Ustadz Dhanu yang telah memberikan banyak pengetahuannya kepada jamaah Masjid Annida MNCTV (sayang sekarang tidak ada siaran di TV lagi), dimana beliau menjelaskan keterkaitan musibah yang kita alami dengan kesalahan kita di masa lalu. Apa itu? silakan lihat disini.

Memang ada sebagian takdir Allah yang masih bisa kita rubah, dengan jalan memohon ampun atas kesalahan yang menyebabkan kita akan mengalami musibah tersebut, lalu berdo’a minta diselamatkan dari musibahnya, mungkin itulah cara merubah takdir.  Sayangnya si Gufran belum sempat meminta ampun atas dosa masa lalunya sehingga takdir kaki buntungnya tak terselamatkan, walaupun bukan digigit buaya, cuma digigit cangkul cap buaya.

Cara Mengubah Takdir 4.5 5 Share Kamis, 29 Mei 2014 Catatan Ringan. Di tempat tinggal kami ada sebuah cerita yang tergolong anekdot, sekadar lucu atau malah mengandung pembelajaran.  Cerita in...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Catatan Ringan. All Rights Reserved.