Batu akik memang sebuah penomena menarik, dengan begitu cepat sebagian besar masyarakat kita jadi begitu perhatian pada jenis batu perhiasan tersebut, bukan hanya yang tua, anak muda sampai anak-anak pada ngumpulin berbagai jenis batu. Mulai beli yang mahal, berburu ke daerah tertentu yang katanya sumber batu yang bagus, sampai ngais-ngais batu di pinggir jalan. Para pejabat daerah pun rame-rame menyerukan pada bawahannya untuk menggunakan perhiasan batu akik tersebut, katanya untuk memperkenalkan batu khas daerah masing-masing dan juga untuk membantu pendapatan para pengrajin batu akik.
Suatu ketika saya juga sempat ngobrol pada tetangga lainnya yang tiap hari ngasah batu hias. Ia memang penyuka dan kolektor batu hias sekalian menerima upahan untuk menggosok batu akik. Kami pun ngobrol tentang batu sampai peralatan yang dipergunakan. Ternyata mesin gerinda listrik untuk membentuk batu akik tersebut sekarang makin banyak merk dan harganya, ada yang mahal sampai yang paling murah cuma sekitar 400 ribuan. Daya listrik yang dipakai juga beragam dari yang boros listrik sampai yang hemat listrik, ternyata yang hemat listrik pun memerlukan daya sekita 250 watt. 250 watt inilah yang menjadi masalah bagi pengrajin batu akik, karena penggunaan gerinda tersebut cukup lama dan nonstop. Sehingga menurut tetangga tadi kebanyakan dari mereka memakai listrik gratisan (nyuri listrik tanpa lewat meteran listrik). “Kalau tidak begini bagaimana bisa untung.” begitulah alasannya.
Dari obrolan bisnis burung yang lesu, batu akik yang naik daun dan pencurian listrik PLN menyiratkan sebuah kekhawatiran, jangan-jangan dengan maraknya pencurian listrik ini akan menambah beban PLN dan pada ujungnya pemadaman listrik PLN makin menjadi-jadi… semoga tidak. Memang diperlukan sebuah kejujuran dalam melaksanakan sebuah profesi agar penghasilan yang didapat bisa ternikmati, penuh berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar