Catatan Ringan. 70 tahun sudah Republik ini berdiri, hari ini tepat 17 Agustus 2015, dengan slogan “ayo kerja” maka rakyat pun mengharap tersedianya lapangan kerja yang lapang dan penghasilan yang memadai. Kenyataannya bisa saja bertolak belakang, banyak tenaga kerja asing masuk dan merebut kesempatan pribumi untuk sekadar dapat hidup layak dengan penghasilannya. Beberapa hari terakhir ini juga gencar diberitakan penomena baru di ibu kota Jakarta (juga di Bali dan Makassar) sebuah lapangan kerja yang diminati oleh seribuan pelamarnya, Gojek, ojek online. Para pelamar yang datang pun banyak yang berijazah sarjana, luar biasa. Ternyata pendidikan tinggi pun masih susah mencari pekerjaan yang sesuai dengan harapan, apalagi tanpa ijazah. Apa memang masyarakat kita tidak pandai menciptakan lapangan kerja mandiri, masih suka jadi pekerja dari pada pengusaha? Entah..
.
Entah apa maksud dari kata-kata “ayo kerja” tersebut di atas, bagi anak usia sekolah yang tidak berkesempatan bisa masuk di sekolah formal dimana hari-harinya cuma mikir makan apa aku hari ini, seakan sebuah anjuran untuk tidak perlu sekolah tapi ayo cari nafkah di jalan, di pasar, atau di lampu merah persimpangan jalan. Fenomena yang sudah lama kita lihat bersama tanpa ada solusi yang memadai. Apakah dengan ijazah masa depan mereka bisa lebih baik? Masih tergantung beberapa faktor, salah satunya peran pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja. Bukankah fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, entah apa artinya ini..
Dirgahayu Republik Indonesia. Jayalah selalu dengan pemimpin yang amanah.
“Ga penting sekolah yang penting ayo kerja, toh mau jadi tukang ojek aja pada rebutan.” semoga bukan pikiran seperti ini yang ada di benak generasi muda kita.
Belajar adalah kewajiban individu, bekerja juga kewajiban individu, ayo semangat, niat baik dan keyakinan mencapai cita adalah do’a terbaik untuk Bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar