Catatan Ringan. Berawal suka menggambar saat anak-anak, sekarang aku suka fotografi, terutama foto landscape (pemandangan alam), dari suka utak-utik DSLR sampai sekarang lebih banyak menggunakan smartphone karena alasan mudah dibawa. Hobi itu pun berlanjut dengan travelling ngejar objek foto, bahkan terkadang juga hiking dan camping. Beruntung banyak punya teman yang hobi sama, yaitu motor touring, bermodal motor matic tua (belum punya pilihan lain), sehingga sering menjelajah daerah terpencil (pegunungan) yang belum pernah kami datangi. Hobi inipun berlanjut lagi menjadi blogger agar bisa menceritakan pengalaman perjalanan dan berbagi keindahan foto landscape.
Dalam traveling terkadang perjalanan kami bisa sampai 3 hari 2 malam, saat seperti ini sering yang menjadi kebutuhan penting adalah sumber listrik untuk men-charge smartphone, apalagi kalau aku sering memoto langit (malam), astrophotography, akan banyak menguras pemakaian baterai smartphone. Powerbank adalah salah satu solusi untuk masalah tadi, selain itu aku juga memasang alat charge smartphone di motor, dulu alat ini umumnya ada di mobil yang penggunaannya untuk menyalakan pemantik api rokok. Sekarang alat charge smartphone sudah tersedia di motor-motor keluaran terbaru.
Untuk menyambung colokan listrik dari (aki) motor yang besaran dayanya 12 volt ke hape yang dayanya 5 volt kita perlukan adapter, barangnya saya tahu tapi apa namanya saya belum tahu. Suatu hari saya ke toko asesories smartphone mau beli alat tersebut. Sang pramuniaga cantik pun ramah menanyakan, "Bapa perlu apa?" Kemudian saya bilang: "Saya perlu alat charge smartphone yang biasa di mobil." Karena charge smartphone baru beberapa tahun ini aja ada di motor, jadi saya pikir belum umum diketahui masyarakat, kecuali yang beli motor baru. Setelah ditunjukkan barangnya, saya bilang: "Saya perlu yang agak panjang." Lubang colokan di motor saya ga mau nyambung untuk alat yang agak pendek. Setelah akur dan sepakat saya beli, sang pramuniaga pun bilang: "Kalo ragu bisa Bapa coba dulu, mobilnya Bapa bawa ya?" Saya bilang: "Ga dibawa." Iya ga saya bawa karena mobilnya belum saya beli, sambil ketawa dalam hati. Saya pun bertanya dalam hati, masa dia ga tahu kalo saya belum jadi orang kaya, tiap hari naik motor bukan naik mobil.
Iseng saya tanya pada beberapa teman/kolega wanita, seandainya kamu (wanita) mau cari jodoh lelaki kaya (matre nih), bisa ga membedakan secara fisik lelaki kaya dan lelaki belum kaya, kebanyakan ga bisa jawab. Kalo menurut saya Lelaki kaya atau belum kaya bisa dibedakan dari warna kulit punggung tangannya. Kalo warnanya sama dan rata dengan warna tangan atau warna muka, kemungkinan adalah lelaki kaya. Kalo warna punggung tangan lebih hitam dari warna tangan atau bagian kulit lainnya kemungkinan besar ga punya mobil (belum kaya) karena tiap hari terpapar sinar dan panas matahari, karena jarang-jarang ada laki-laki mau repot selalu pakai jaket, sarung tangan dan masker dalam berkendara motor kecuali jarak jauh, atau lelaki boyband.
Kepada beberapa teman laki-laki pun saya juga bertanya yang terkait hal di atas, kalo melihat wanita dan menilai bahwa wanita tersebut cantik (penampilan badan yang bersih biasanya) ada bagian tertentu yang diperhatikan yang bisa mewakili nilai kecantikan wanita, kebanyakan mereka melihat di warna kulit di punggung kaki. Kalo disana bersih maka bersih seluruhnya.
Beberapa asumsi yang mendasari kisah saya di atas:
Kebanyakan lelaki kaya memiliki mobil dan pakai mobil tiap hari dalam beraktivitas kerja, tidak berjemur dengan motor tiap hari.
Pada dasarnya lelaki itu mata keranjang, suka melihat wanita yang cantik (perhiasan dunia), tapi suka wanita yang baik untuk jadi teman hidupnya.
Pada dasarnya wanita itu matre suka dengan lelaki yang kaya (bisa menjamin hidup nyaman), tapi juga suka yang bertanggung jawab agar bisa selamat di dunia dan di akherat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar